kali ini saya akan berbagi sedikit info mengenai informasi Gempa dan Tsunai di Palu yang terjadi di 2018 ini, Sebelumnya Ayah saya sempat bekerja di kota ini, bahkan lokasi Kost nya hanya 300 m dari Pantai Talise, Palu. Saya sangat bersyukur sekali Ayah saya sudah dimutasi sejak Bencana alam yang besar itu terjadi..
Gempa
bumi dan tsunami Sulawesi 2018 adalah peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 Mw diikuti dengan tsunami yang melanda pantai barat Pulau Sulawesi, Indonesia, bagian utara pada tanggal 28 September 2018,
pukul 18.02 WITA. Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan
80 km barat laut kota Palu dengan
kedalaman 10 km. Guncangan gempa bumi dirasakan diKabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju bahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar. Gempa memicu tsunami hingga
ketinggian 5 meter diKota Palu
Gempa bumi ini
dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG)
sehingga dikeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah pesisir pantai
Kabupaten Donggala, Kota Palu dan sebagian pesisir utara Kabupaten Mamuju.
Tsunami diprediksi memiliki ketinggian 0,5 – 3 meter dengan waktu tiba di Kota Palu pukul 18.22 WITA. Pukul 18.27 WITA
terjadi kenaikan air muka laut 6 cm di pesisir Kabupaten
Mamuju. BNPB
mengeluarkan asbab daripada terjadinya tsunami ini.
Menurut BNPB, tsunami ini
sebabnya adalah adanya kelongsoran sedimen dalam laut yang mencapai 200-300
meter. Sutopo Purwo Nugroho, pihak Humas BNPB
lebih lanjut menyatakan bahwa sendimen tersebut belum terkonsolidasi dengan
kuat sehingga ketika diguncang gempa terjadi longsor. Di lain tempat selain
Donggala, adanya gempa lokal yang membuat tsunami tak sebesar di Donggala. Di Teluk Palu yang jaraknya lebih dekat dengan pusat
gempa diperkirakan terlebih dahulu mengalami tsunami setinggi 1,5 meter. Pukul 18.37 WITA,
BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami akibat gempa ini. Fakta terbaru menyebut bahwa titik
tertinggi tsunami tercatat 11,3 meter, terjadi di Desa Tondo, Palu Timur, Kota
Palu. Sedangkan titik terendah tsunami tercatat 2,2 meter, terjadi di Desa
Mapaga, Kabupaten Donggala. Baik di titik tertinggi maupun titik terendah,
tsunami menerjang pantai, menghantam permukiman, hingga gedung-gedung dan
fasilitas umum.
Kompas melaporkan
sebuah survei gabungan tim Indonesia-Jepang. Abdul Muhari dari Kementerian KKP
dan Fumihiko Imamura dari Universitas Tohoku menyebut landaan tsunami (inundation
distance) hanyalah 200-300 meter dari bibir pantai, dan tinggi tsunami di
darat (inundation depth) hanya 2-5 meter. Karakter ini menunjukkan bahwa
tsunami ini bergelombang pendek. Ini berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh
hasil pernyataan BMKG, bahw atsunami di Palu mencapai 6-7 meter, dan bahkan ada
yang menyebut bahwa sampai 11,31 meter. Data juga mengonfirmasi, bahwa tsunami
terjadi kurang sebelum 10 menet. Selain
itu pula, survei mengonfirmasi bahwa tsunami terjadi setelah adanya longsoran
bawah laut pasca gempa. Melihat keberulangan tsunami yang rata-rata terjadi 30
tahun sekali, maka hasil survei ini pula merekomendasikan agar pesisir Palu
jadi ruang terbuka saja, tidak tempat hunian. Survei ini melibatkan Kapal Baruna Jaya BPPT, dan Pusat Hidrografi dan
Oseanografi TNI AU. Diharapkan, hasil survei berguna untuk pembelajaran dan
pembangunan kembali Kota Palu.
Pada awalnya, 1
orang tewas dan 10 orang luka-luka dikabarkan akibat gempa pertama berkekuatan
6,0 Mw pukul 15.00 WITA. Namun begitu, angka begitu cepat
meningkat, sampai diketahuilah jumlah korban telah sampai 420 orang meninggal. Pada Selasa 2 Oktober, Sutopo
mengabarkan bahwa, korban meninggal telah mencapai 1234 orang. Adapun jumlah
orang tertimbun yang dilaporkan masyarakat telah mencapai 152 orang. Orang yang terluka dibawa ke rumah
sakit untuk cepat mendapatkan perawatan. Korban yang tewas maupun yang terluka,
merupakan korban tertimpa bangunan yang roboh. BPBD Kabupaten Donggala juga
menyatakan bahwa puluhan rumah rusak karena adanya gempa ini.
Sementara akibat gempa 7,4 Mw yang disusul Tsunami di Kota Palu hingga Sabtu, 29 September 2018, pukul
15.00 WITA korban tewas mencapai 844 jiwa, lebih
dari 500 orang luka berat, 29 orang hilang dan
sebanyak 65.733 rumah rusak menurut Kapendam Kodam XIII Merdeka Kolonel (Inf) M
Thohir. Dari antara orang-orang
yang hilang itu, sebanyak satu keluarga sebanyak 5 orang hilang di tengah
tsunami di Pantai Talise. Dari
antara 400 lebih orang yang meninggal itu, baru teridentifikasi sebanyak 97
orang. Sejumlah tempat rata dengan tanah. Sepanjang cakrawala, ternampaklah
kayu yang bersepah di mana-mana, pepuingan, dan atap-atap yang terserak. Jalan
raya juga terkena longsor akibat gempa ini.
Menurut
laporan Kompas mengutip dari seorang saksi, bahwa
banyak sekali mayat yang tewas bergelimpangan di pantai. Dilaporkan bahwa
kondisi korban meninggal dunia sangat memprihantinkan. Jenazah dilaporkan
bercampur dengan puing-puing material yang beserakan. Seorang warga Korsel dilaporkan hilang dalam bencana ini.
Dikabarkan bahwa ia ditelpon pada pukul 16.50, dan telpon itu tidak
diangkatnya. Orang Indonesia yang pergi bersamanya juga tak dapat ditelepon.
Terakhir, setelah diumumkan oleh BNPB pada 10 Oktober bahwa
korban meninggal gfempa itu mencapai 2.045 orang, didapati paling banyak ada di
Palu sebesar 1.636 orang dan disusul Sigi kemudian Parigi. Sementara itu, korban
yang mengungsi sebanyak 82.775 orang, dan 8.731 orang pengungsi berad di luar
Sulawesi.
Sebagai akibat dari guncangan gempa ini, Hotel Roa-Roa yang
ada di Jalan Pattimura Palu, juga Rumah Sakit Anuntapura di Jalan Kangkung,
yang berlantai 4, juga roboh. Mal terbesar di Palu, Mal Tatura, juga roboh. Ada
puluhan sampai ratusan orang yang terjebak di dalamnya. Tsunami di Palu sampai
membuat KM Sabuk Nusantara terhempas puluhan meter dari Pelabuhan
Wani. Pelabuhan itu sendiri rusak pula dermaga dan bangunannya. Pelabuhan
Pantoloan rusak paling parah di sana. Quay
crane atau keran peti kemas
yang biasa digunakan untuk bongkar muat peti kemas juga roboh. Dari sejumlah
foto yang beredar, gempa Palu tergolong dahsyat. Kios-kios di pesisir Teluk Palu atauPantai Talise tersapu gelombang besar. Jembatan
Kuning yang merupakan
ikon kota Palu turut ambruk. Terlihat
di Teluk Talise, reruntuhan jembatan yang memisah antara Palu Barat dan Palu
Utara. Selain itu, terlihat juga Masjid Arqam Bab Al Rahman atau Masjid Apung Palu yang roboh masuk ke dalam laut.
Terlihat pula reruntuhan menara ATCBandara Mutiara Sis Al Jufri Palu serta kerusakan di pelabuhan. Sebagai akibat daripada kerusakan pada
Bandara Palu pula, bandara ini telah ditutup pada hari Jumat pukul 07.26 malam
sampai 7.20 malam. Dilaporkan, Sigi, Parigi
Moutong dan Donggala
juga terdampak gempa ini. Jaringan air bersih, listrik, dan bahan bakar minyak menjadi sulit diakses. Perhubungan komunikasi antara Donggala
dan Palu menjadi sulit diakses akibat tak berfungsinya ratusan BTS tersebut. Kemenkominfo menyatakan bahwa dari
antara 3007 BTS, ada 431 BTS yang tak berfungsi, yakni 14,31%nya. Ini disebakan
oleh karena mereka tidak mendapatkan akses listrik. ada beberapa jaringan
telekomunikasi dari Palu ke Santigi, Mamuju, dan Poso terputus akibat gempa
bumi berkekutan 7,4 skala richter itu. Menurut
sumber Kumparan.com,
apa-apa sudah mulai pada susah. BBM ada yang dijual Rp 100 ribu perbotol
mineral. Kondisi lalu lintas pun menjadi semrawut, macet pun tak terhindarkan.
Mobil dan motor tertahan di jalan raya karena mogok kehabisan bahan bakar.
Selain itu, air bersih mulai sulit dicari dan listrikpun padam. Pada Jumat
malam, ratusan warga Mamuju telah pergi mengungsi karena khawatir
akan datangnya tsunami. Kemudian akibat dari bencana ini, sekitar 16000 korban
gempa mengungsi, pada 24 titik di
kota Palu.
Begitulah keadaan pada saat bencana terjadi, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, dan perbaikan terhadap akibat bencana yang terjadi cepat terselesaikan dengan baik, Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar