Siapa
sih disini yang tak mengenal sosok salah satu wanita tangguh di Indonesia ini?
Ya, kali ini kita akan membicarakan sosok wanita yang menjadi panutan
wanita-wanita indonesia yaitu Ibu Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan
Perikanan dari periode kerja 2014-2019.
Bu Susi lahir pada 15 Januari 1965 di
Pangandaran. Ayahnya bernama Haji Ahmad Karlan dan ibunya bernama Hajjah Suwuh
Lasminah, keduanya berasal dari Jawa Tengah, namun sudah lima generasi hidup di Pangandaran. Keluarga
Bu Susi memiliki usaha ternak, memperjual belikan ratusan ternak dari Jawa
Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya adalah Haji
Ireng, yang dikenal sebagai tuan tanah di daerahnya. Setelah mengenyam
pendidikan hingga tingkat SMP, Bu Susi melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Yogyakarta,
namun berhenti di kelas 2 karena dikeluarkan dari sekolah akibat keaktifannya
dalam gerakan Golput.
Susi Pudjiastuti yang saat ini
menjabat sebagai seorang menteri dan menjadi pemilik dari 50 pesawat maskapai
penerbangan, sebelumnya hanyalah sesosok perempuan biasa. Ia lahir di
Pangandaran pada tanggal 15 Januar tahun 1965, ia lahir dari keluarga yang tergolong
berkecukupan. Ayah dan ibunya, H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah adalah
sepasang suami istri yang berprofesi sebagai seorang saudagar sapi dan kerbau
yang mendatangkan hewan ternak tersebut dari Jawa Tengah untuk dijual kembali
di Jawa Barat.
Bu Susi kecil tumbuh
menjadi remaja biasa. Selepasnya menyelesaikan pendidikan SMP, ia langsung
melanjutkan studinya ke sekolah menengah di Jawa Tengah. Hanya saja pada saat
memasuki tahun ke dua jenjang pendidikannya, ketika itu ia berusia 17 tahun
dirinya memutuskan untuk berhenti sekolah, keputusan yang diambilnya tentu
sangat disesalkan oleh orangtuanya. Namun, berkat keuletan dan kerja kerasnya, Bu
Susi lebih memilih kembali ke Pangandaran dan mencari segala peluang bisnis,
mulai dari berjualan baju dan bedcover ia tekuni dengan tanpa mengeluh. Namun
pada akhirnya, potensi Pantai Pangandaran yang menjadi salah satu kawasan
penghasil ikan mendorong Bu Susi untuk memanfaatkan peluang tersebut sebagai
peluang berbisnis. Berbekal modal seadanya hanya 750 ribu rupiah, itupun adalah
hasil dari menjual perhiasaannya berupa cincin, Bu Susi pun memulai bisnis ikan
pertamanya.
Ketika baru memulai bisnis di bidang
perikanan, Bu Susi membeli ikan dari tempat pelelangan dan mulai memasarkannya
ke sejumlah restoran yang ada di Pangandaran. Meskipun pemasaran ke sejumlah
restoran tidak selalu berjalan mulus, namun hal tersebut tidak pernah
menyurutkan niat dan tekadnya untuk berjuang dan berusaha. Hanya membutuhkan
waktu satu tahun, Bu Susi berhasil menjadi pebisnis yang menguasai bursa
pelelangan ikan di Pangandaran. Bahkan ia sendiri langsung meluncur ke Jakarta
untuk menawarkan ikan segar jualannya untuk ditawarkan ke sejumlah restoran
sekaligus untuk di ekspor. Mengingat pada saat itu, jumlah permintaan stok
lobster dari luar negeri begitu besar, maka tak lantas kesempatan ini ia
sia-siakan, ia sampai rela memburu lobster ke segala penjuru Indonesia.
Kesuksesan dalam bidang
perikanan ternyata turut pula mendatangkan suatu hambatan baru untuk Bu Susi.
Stok lobster dan ikan yang melimpah yang ia dapatkan justru malah terhambat
masalah transportasi yang kurang memadai, terutama sulitnya menemukan
transportasi udara. Sementara jika dikirim melalui jalur laut dan darat
kualitas ikan dan lobster miliknya akan menjadi tidak segar ketika sampai ke
tangan pemesan. Nah, dari hambatan inilah yang ternyata memunculkan sebuah ide
baru yang brilian untuk seorang Susi Pudjiastuti si wanita tangguh yang tak
pernah menyerah, terlintaslah dalam benaknya untuk membeli sebuah pesawat.
Apalagi hal ini di dukung dengan profesi sang suami yang merupakan seorang
pilot pesawat sewaan dari Jerman, Christian von Strombeck mendukung ide
cemerlangnya.
Meskipun sempat mengalami hambatan dengan ditolaknya pengajuan surat pinjaman
dana ke bank di tahun 2000, namun akhirnya setelah menunggu selama 5 tahun
ditahun 2005 Susi berhasil mendapatkan pinjaman dari bank sebesar 47 milyar.
Dimana dana yang ia dapatkan tersebut ia gunakan untuk membangun sebuah
landasan udara di Pangandaran dan membeli 2 buah pesawat Cessna. Berkah dan
hikmah datang bersamaan dengan musibah Tsunami di Aceh pada tahun 2004 silam.
Hatinya tergerak untuk menolong para korban kemudian pergi ke aceh lewat jalur
udara untuk menyebarkan bantuan.
Meski tadinya hanya berniat
memberikan "jasa pengangkutan korban lewat jalur udara secara gratis"
selama kurang lebih 2 minggu, namun ternyata niat tulusnya ini berbuah lain,
beberapa LSM dalam serta luar negeri memintanya agar mau menyewakan pesawatnya.
Dari sinilah awal tonggak mulai Susi Air mengudara dan menyediakan jasa
pengangkutan penumpang serta komoditas hasil perikanan dan kelautan.
Susi Pudjiastuti ditunjuk sebagai
Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla,
yang ditetapkan secara resmi pada 26 Oktober 2014. Sebelum dilantik, Bu Susi
melepas semua posisinya di perusahaan penerbangan Susi Air dan beberapa posisi
lainnya, termasuk Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang
perikanan serta PT ASI Pudjiastuti Aviation yang bergerak di bidang penerbangan
untuk menghindari konflik kepentingan antara dirinya sebagai menteri dan
sebagai pemimpin bisnis. Selain itu, alasan lain Bu Susi melepas semua
jabatannya adalah agar dapat bekerja maksimal menjalankan pemerintahan,
khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
Saat pelantikan, Bu Susi menuai
kontroversi karena kedapatan menghisap sebatang rokok dan memiliki tato,
sesuatu yang tidak lazim dimiliki oleh menteri Indonesia. Atas tindakannya
ini, Bu Susi mendapatkan baik pujian dan kritikan di media sosial.
Setelah menjadi menteri, Bu Susi mendaftar
untuk mengikuti Paket C di PKBM Bina
Pandu Mandiri Kabupaten Ciamis pada
2015. Setelah melewatkan ujian pada tahun 2017, Bu Susi lulus dari ujian susulan
pada bulan Mei 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar