Sabtu, 20 Oktober 2018

Kisah Inspiratif Bu Susi Menteri Kelautan dan Perikanan

Siapa sih disini yang tak mengenal sosok salah satu wanita tangguh di Indonesia ini? Ya, kali ini kita akan membicarakan sosok wanita yang menjadi panutan wanita-wanita indonesia yaitu Ibu Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan dari periode kerja 2014-2019. 
Bu Susi lahir pada 15 Januari 1965 di Pangandaran. Ayahnya bernama Haji Ahmad Karlan dan ibunya bernama Hajjah Suwuh Lasminah, keduanya berasal dari Jawa Tengah, namun sudah lima generasi hidup di Pangandaran. Keluarga Bu Susi memiliki usaha ternak, memperjual belikan ratusan ternak dari Jawa Tengah untuk diperdagangkan di Jawa Barat. Kakek buyutnya adalah Haji Ireng, yang dikenal sebagai tuan tanah di daerahnya. Setelah mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP, Bu Susi melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri 1 Yogyakarta, namun berhenti di kelas 2 karena dikeluarkan dari sekolah akibat keaktifannya dalam gerakan Golput.
Susi Pudjiastuti yang saat ini menjabat sebagai seorang menteri dan menjadi pemilik dari 50 pesawat maskapai penerbangan, sebelumnya hanyalah sesosok perempuan biasa. Ia lahir di Pangandaran pada tanggal 15 Januar tahun 1965, ia lahir dari keluarga yang tergolong berkecukupan. Ayah dan ibunya, H. Ahmad Karlan dan Hj. Suwuh Lasminah adalah sepasang suami istri yang berprofesi sebagai seorang saudagar sapi dan kerbau yang mendatangkan hewan ternak tersebut dari Jawa Tengah untuk dijual kembali di Jawa Barat.
                                        Susi Pudjiastuti.jpg
Bu Susi kecil tumbuh menjadi remaja biasa. Selepasnya menyelesaikan pendidikan SMP, ia langsung melanjutkan studinya ke sekolah menengah di Jawa Tengah. Hanya saja pada saat memasuki tahun ke dua jenjang pendidikannya, ketika itu ia berusia 17 tahun dirinya memutuskan untuk berhenti sekolah, keputusan yang diambilnya tentu sangat disesalkan oleh orangtuanya. Namun, berkat keuletan dan kerja kerasnya, Bu Susi lebih memilih kembali ke Pangandaran dan mencari segala peluang bisnis, mulai dari berjualan baju dan bedcover ia tekuni dengan tanpa mengeluh. Namun pada akhirnya, potensi Pantai Pangandaran yang menjadi salah satu kawasan penghasil ikan mendorong Bu Susi untuk memanfaatkan peluang tersebut sebagai peluang berbisnis. Berbekal modal seadanya hanya 750 ribu rupiah, itupun adalah hasil dari menjual perhiasaannya berupa cincin, Bu Susi pun memulai bisnis ikan pertamanya.
Ketika baru memulai bisnis di bidang perikanan, Bu Susi membeli ikan dari tempat pelelangan dan mulai memasarkannya ke sejumlah restoran yang ada di Pangandaran. Meskipun pemasaran ke sejumlah restoran tidak selalu berjalan mulus, namun hal tersebut tidak pernah menyurutkan niat dan tekadnya untuk berjuang dan berusaha. Hanya membutuhkan waktu satu tahun, Bu Susi berhasil menjadi pebisnis yang menguasai bursa pelelangan ikan di Pangandaran. Bahkan ia sendiri langsung meluncur ke Jakarta untuk menawarkan ikan segar jualannya untuk ditawarkan ke sejumlah restoran sekaligus untuk di ekspor. Mengingat pada saat itu, jumlah permintaan stok lobster dari luar negeri begitu besar, maka tak lantas kesempatan ini ia sia-siakan, ia sampai rela memburu lobster ke segala penjuru Indonesia.
Kesuksesan dalam bidang perikanan ternyata turut pula mendatangkan suatu hambatan baru untuk Bu Susi. Stok lobster dan ikan yang melimpah yang ia dapatkan justru malah terhambat masalah transportasi yang kurang memadai, terutama sulitnya menemukan transportasi udara. Sementara jika dikirim melalui jalur laut dan darat kualitas ikan dan lobster miliknya akan menjadi tidak segar ketika sampai ke tangan pemesan. Nah, dari hambatan inilah yang ternyata memunculkan sebuah ide baru yang brilian untuk seorang Susi Pudjiastuti si wanita tangguh yang tak pernah menyerah, terlintaslah dalam benaknya untuk membeli sebuah pesawat. Apalagi hal ini di dukung dengan profesi sang suami yang merupakan seorang pilot pesawat sewaan dari Jerman, Christian von Strombeck mendukung ide cemerlangnya. 
Meskipun sempat mengalami hambatan dengan ditolaknya pengajuan surat pinjaman dana ke bank di tahun 2000, namun akhirnya setelah menunggu selama 5 tahun ditahun 2005 Susi berhasil mendapatkan pinjaman dari bank sebesar 47 milyar. Dimana dana yang ia dapatkan tersebut ia gunakan untuk membangun sebuah landasan udara di Pangandaran dan membeli 2 buah pesawat Cessna. Berkah dan hikmah datang bersamaan dengan musibah Tsunami di Aceh pada tahun 2004 silam. Hatinya tergerak untuk menolong para korban kemudian pergi ke aceh lewat jalur udara untuk menyebarkan bantuan.
Meski tadinya hanya berniat memberikan "jasa pengangkutan korban lewat jalur udara secara gratis" selama kurang lebih 2 minggu, namun ternyata niat tulusnya ini berbuah lain, beberapa LSM dalam serta luar negeri memintanya agar mau menyewakan pesawatnya. Dari sinilah awal tonggak mulai Susi Air mengudara dan menyediakan jasa pengangkutan penumpang serta komoditas hasil perikanan dan kelautan.
Susi Pudjiastuti ditunjuk sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla, yang ditetapkan secara resmi pada 26 Oktober 2014. Sebelum dilantik, Bu Susi melepas semua posisinya di perusahaan penerbangan Susi Air dan beberapa posisi lainnya, termasuk Presiden Direktur PT. ASI Pudjiastuti yang bergerak di bidang perikanan serta PT ASI Pudjiastuti Aviation yang bergerak di bidang penerbangan untuk menghindari konflik kepentingan antara dirinya sebagai menteri dan sebagai pemimpin bisnis. Selain itu, alasan lain Bu Susi melepas semua jabatannya adalah agar dapat bekerja maksimal menjalankan pemerintahan, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
Saat pelantikan, Bu Susi menuai kontroversi karena kedapatan menghisap sebatang rokok dan memiliki tato, sesuatu yang tidak lazim dimiliki oleh menteri Indonesia. Atas tindakannya ini, Bu Susi mendapatkan baik pujian dan kritikan di media sosial.
Setelah menjadi menteri, Bu Susi mendaftar untuk mengikuti Paket C di PKBM Bina Pandu Mandiri Kabupaten Ciamis pada 2015. Setelah melewatkan ujian pada tahun 2017, Bu Susi lulus dari ujian susulan pada bulan Mei 2018.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kampung Inggris Pare

     Awalnya di Desa Tulungrejo hanya terdapat satu lembaga kursus Bahasa Inggris, yakni Basic English Course (BEC). BEC berdiri tanggal 1...