Halo teman-teman, gimana kabarnya semua? Semoga selalu
dalam kondisi sehat wal afiat ya..
Kali ini izinkan saya menceritakan asal usul dari kota
tempat tinggal saya saat ini. Kenapa kota tempat tinggal? Karena orang tua saya
baru menetap di kota ini sekitar tahun 2014 sedangkan saya lahir di kota
Pemalang.
Kota Purwokerto adalah ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Jumlah
penduduknya 292.782 jiwa pada tahun 2014. Berbagai julukan disandang kota
di jalur selatan Jawa Tengah ini dari kota
wisata, kota kripik, kota transit, kota pendidikan sampai kota pensiunan karena
begitu banyaknya pejabat-pejabat negara yang pensiun dan akhirnya menetap di
kota ini. Di kota ini pula terdapat museum Bank Rakyat Indonesia, karena bank pertama kali berdiri ada disini dan pendiri
bank ini adalah Raden Bei Aria Wirjaatmadja putra daerah Purwokerto.
Purwokerto terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih
aktif di pulau Jawa, secara geografi Purwokerto terletak di koordinat 7°26′LU 109°14′BT. Selain menjadi pusat pemerintahan karena menjadi pusat
koordinasi daerah Jawa Tengah bagian Barat Bakorlin III. berbatasan Sokaraja terdapat Kali Pelus.
Purwokerto adalah sebuah kota yang tak otonom karena
masih menjadi bagian Kabupaten Banyumas sebagai pusat pemerintahan. Secara administratif,
Purwokerto terbagi menjadi 4 kecamatan dengan 27 kelurahan. Sebenarnya ada
wacana pembentukan Kota Purwokerto terlepas dari Kabupaten Banyumas terus
bergulir. Jika dilihat dari sejarahnya, Purwokerto asalnya berstatus Kota Administratif (Kotif), di mana sebagian Kotif lain sudah menyandang
status Kota dengan otonomi tersendiri. Jika Purwokerto berhasil menjadi Kota,
minimal ada 4 kecamatan yang tergabung
Sampai dengan awal dekade 2000-an, kota ini lebih cocok disebut sebagai
kota pegawai dan anak sekolah. Mata pencaharian penduduk yang bisa diandalkan
untuk hidup cukup adalah dengan menjadi pegawai negeri maupun BUMN. Akhirnya,
kota ini secara ekonomi saat itu tidak terlalu berkembang.
Perubahan secara cukup
signifikan terjadi mulai tahun-tahun 2000-an, yakni saat kota ini mulai
dibanjiri mahasiswa-mahasiswa dari berbagai kota di pulau Jawa untuk menuntut
ilmu di perguruan
tinggi di sini (terutama di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP)).
Sejak saat itu, aktivitas ekonomi rakyat yang berkenaan dengan kebutuhan
mahasiswa pun menggeliat. Ribuan kamar kos dibangun untuk disewakan kepada para
mahasiswa pendatang. Ratusan tempat makan didirikan untuk melayani kebutuhan
lambung para mahasasiswa yang menjalani siklus lapar setiap 6 jam. Kios-kios
alat tulis bermunculan. Warnet tumbuh bagai cendawan di musim semi. Bahkan,
jasa pencucian baju (laundry) pun mulai bermunculan guna memenuhi
kebutuhan pembersihan pakaian para mahasiswa yang memiliki sedikit waktu untuk
mencuci sendiri. Kondisi ini membuat perekonomian kota Purwokerto tumbuh cukup
signifikan sebagai kota jasa.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dengan dialek Banyumasan atau lebih
familiar dengan istilah Ngapak. Bahasa ini merupakan bahasa kebanggaan yang patut untuk
dilestarikan dan dihargai. Dialek dan budaya masyarakatnya memperkaya
keanekaragaman Indonesia. Kenthongan atau musik thek-thek adalah seni musik yang dimainkan
dengan alat musik bambu yang dimainkan oleh 20-40 orang. Kebudayaan Begalan dan Ronggeng adalah kesenian asli Banyumas yang sekarang sudah mulai
pudar keberadaaannya.
Purwokerto memiliki beberapa tempat wisata alam andalan
yang berskala nasional, berupa gua, air terjun dan wana wisata. Wisata alam di
Purwokerto antara lain : Baturaden, Pancuran Pitu, Pancuran Telu, Gua SaraBadak, Museum BRI, Curug Gede, Curug Ceheng, Curug Belot, Curug Cipendok, Masjid Saka Tunggal, Bumi Perkemahan Baturraden, Bumi Perkemahan Kendalisada, Telaga Sunyi, Mata Air Panas Kalibacin, Bendung Gerak Serayu, Wahana Wisata Lembah Combong, Combong Valley Paint Ball and War Games, Serayu River Voyage, Baturraden Adventure Forest, Dan yang terbaru adalah diresmikannnya Kebun Raya Baturraden oleh Megawati Sukarno Putri Desember 2015,yang
merupakan salah kebun raya yang dimiliki Indonesia setelah Kebun Raya Bogor dan
Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat.
Makanan khas dari kota ini
adalah
· Mendoan, makanan yang terbuat dari
tempe yang tipis/diiris tipis kemudian digoreng dengan tepung yang diberi bumbu
dan digoreng setengah matang.
· Tahu Brontak, makanan yang terbuat dari tahu yang diberi
tepung, diberi bumbu dan digoreng. karena saat di goreng sayuran yang ada di
dalam tahu pada keluar maka dinamai tahu berontak.
· Kripik Tempe, prosesnya seperti mendoan
tetapi digoreng sampai kering. Kota Kripik merupakan salah satu julukan dari
kota Purwokerto.
· Gethuk Goreng, sentra pembuatannya
adalah Kec. Sokaraja, sebuah kota kecamatan di pinggir kota Purwokerto.
· Keong Kuah Pedas, dengan bahan utama keong sawah yang dimasak
berkuah dengan bumbu-bumbu kuat yang memberi nuansa pedas dan segar hingga ke
tenggorokan. Biasa disebut juga dengan "kraca".
· Dage, kudapan mirip kue yang berbahan dasar ampas kacang yang
digumpalkan dan dijamurkan. Biasa disajikan berupa goreng tepung berbumbu dan
disantap dengan cabe rawit atau "lombok cengis".
· Semayi, lauk dari ampas kelapa yang dibumbui dan
dipanggang di atas api kecil. Makanan yang menjadi simbol hidup melarat ini
kini sudah amat-sangat susah ditemukan.
· Tegean, adalah sebutan khas Banyumas untuk sup
sayur berkuah bening yang tampak sangat sederhana namun sangat menyegarkan.
Sayur-mayur berupa bayam, kecambah kedelai hitam, daun katuk, dan kedelai hitam
butiran lazim menjadi unsur utama masakan ini. Untuk bumbunya, selain
bahan-bahan yang lazim seperti bawang merah dan bawang putih, tegean juga
bercirikan dengan "geprekan" kencur yang sangat menyegarkan.
· Empal basah, berupa masakan berbahan dasar daging dan
tetelan sapi yang dimasak dengan kuah santan yang kental. Kekhasan empal basah
Banyumasan adalah adanya sensasi gatal dan geli yang ditimbulkan oleh campuran
srundeng di dalam kuah kental tersebut. Empal basah sangat cocok dimakan dengan
ketupat berkulit janur (jangan ketupat berkulit plastik).
· Themlek, kudapan ringan dari ampas tahu berbumbu
yang digoreng dengan adonan tepung. Makanan yang akan meninggalkan rasa seret
di tenggorokan ini sudah semakin jarang ditemui.
· Nopia.
· Beberapa
jenis makanan tradisional yang dikenal yakni: ranjem, mi thayel, timus, klanthing, sempora
(awug-awug), utri, puli (ciwel), ongol-ongol, gebral, kluban, grontol, mireng, kamir,
moho, golang-galing, lopis, ondol-ondol, widaran, angleng klapa, angleng
kacang, rujak mentah, rujak mateng, ampyang, grebi, dampleng
(mirip combro). soto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar