Sri Mulyani lahir di Tanjung Karang
(sekarang Bandar Lampung), Provinsi
Lampung, tanggal 26 Agustus 1962. Dia adalah anak ketujuh dari
seorang dosen universitas, Prof. Satmoko dan
Retno Sriningsih. Namanya bercorak bahasa
Jawa dan berhuruf Sansekerta. Sriberarti sinar atau cahaya yang bersinar, yang
merupakan nama yang umum bagi perempuan Jawa. Mulyani berasal dari kata mulya, juga berarti berharga. Indrawati berasal dari
kata Indra and
akhiran feminin -wati.
Sri Mulyani mendapatkan gelar dari Universitas Indonesia pada 1986. Ia
kemudian memperoleh gelar Master dan Doctor di bidang ekonomi dari University
Illinois at Urbana-Champaign pada 1992. Tahun 2001, ia pergi ke Atlanta, Georgia, untuk bekerja
sebagai konsultan untuk USAID (US Agency for International Development) demi tugas untuk
memperkuat otonomi di Indonesia. Ia juga mengajar dalam ekonomi Indonesia
sebagai professor di Andrew Young
School of Policy Studies di Georgia State University. Dari tahun 2002 sampai 2004 ia
menjabat sebagai direktur eksekutif IMF mewakili 12
negara Asia Tenggara.
Ia menikah dengan Tony Sumartono yang juga seorang ekonom dan kemudian
mempunyai tiga anak. Ia tidak pernah mempunyai hubungan dengan partai
politik manapun.
Sri Mulyani Indrawati, S.E.,
M.Sc., Ph.D (lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26
Agustus 1962; umur 56 tahun) adalah wanita sekaligus
orang Indonesia pertama
yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jabatan ini
diembannya mulai 1 Juni 2010hingga dia
dipanggil kembali oleh Presiden Joko
Widodo untuk menjabat sebagai Menteri Keuangan menggantikan Bambang Brodjonegoro, dia mulai menjabat
lagi sejak 27
Juli 2016.
Sebelumnya, dia menjabat Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu.
Ketika ia menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia maka ia pun meninggalkan
jabatannya sebagai menteri keuangan saat itu. Sebelum menjadi menteri keuangan,
dia menjabat sebagai Menteri
Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu.
Sri Mulyani sebelumnya dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia.
Ia menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI)
sejak Juni 1998.
Pada 5
Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan
perombakan kabinet, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan
menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia
menjabat Pelaksana Tugas Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr.
Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank
Indonesia.
Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk
tahun 2006 oleh Emerging Markets pada 18
September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank
Dunia dan IMF di Singapura. Ia
juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi
majalah Forbes tahun
2008 dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi
majalah Globe Asia bulan Oktober 2007.
Sri Mulyani ditunjuk untuk menjadi
menteri keuangan pada tahun 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Salah satu kebijakan pertamanya sebagai menteri keuangan ialah memecat petugas
korup di lingkungan depertemen keuangan. Ia berhasil meminimalisir korupsi dan
memprakarsai reformasi dalam sistem pajak dan keuangan Indonesia, dan
mendapat reputasi sebagai menteri yang berintegritas. Dia berhasil
meningkatkan investasi langsung luar negeri di Indonesia. Di tahun 2004 disaat
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mulai menjabat, Indonesia mendapat $4,6
miliar dari investasi langsung luar negeri. Tahun berikutnya berhasil meningkat
menjadi $8,9 miliar.
Tahun 2006, hanya satu tahun setelah menjabat menteri, ia disebut
sebagai Euromoney Finance
Minister of the Year oleh majalah Euromoney.
Selama masa jabatannya di tahun 2007, Indonesia mencapai pertumbuhan
ekonomi sebesar 6.6%, tertinggi sejak krisis finansial di Asia tahun 1997.
Namun di tahun 2008 pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 6,% akibat
perlambatan dalam ekonomi global. Pada Juli 2008, Sri Mulyani menjabat sebagai
Menteri Koordinator bidang Ekonomi, menggantikan Boediono,
yang akan mengambil jabatan di Bank
Indonesia.
Pada Agustus 2008, Sri Mulyani disebut majalah Forbes sebagai
wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia, yang juga sekaligus wanita
paling berpengaruh di Indonesia. Saat ia menjabat sebagai Menteri Keuangan,
cadangan valuta asing negara mencapai nilai tertinggi sebesar $50 miliar. Ia
mengatur pengurangan utang negara hampir 30% dari GDP dari 60%,membuat
penjualan utang negara ke institusi asing semakin mudah. Ia mengubah struktur
pegawai pemerintah di lingkup pemerintahannya dan menaikkan gaji petugas pajak
untuk mengurangi sogokan di departemen keuangan.
Tahun 2007 dan 2008, majalah Emerging
Markets memilih Sri Mulyani sebagai Asia's Finance Minister of The Year.
Setelah Susilo Bambang Yudhoyono dipilih kembali menjadi presiden tahun
2009, ia kembali ditunjukmenjadi Menteri Keuangan. Tahun 2009 ekonomi
Indonesian tumbuh 4.5% disaat banyak negara-negara di dunia mengalami
kemunduran. Indonesia adalah satu dari tiga negara dengan pertumbuhan ekonomi
diatas 4% di tahun 2009 disamping China dan India. Dibawah pengawasannya
pemerintah berencana meningkatkan angka pembayar pajak penghasilan dari 4,35
juta orang hingga sebesar 16 juta di lima tahun terakhir. Penerimaan pajak
tumbuh dari sekitar 20% setiap tahun hingga lebih dari Rp 600 trilliun di tahun
2010.
Pada November 2013, surat kabar Inggris The
Guardian merilis artikel disertai laporan berisi bocoran dari
Edward Snowden, seorang karyawan CIA, yang menunjukkan bahwa intelijen
Australia diduga keras meretas telepon genggam beberapa petinggi politik
Indonesia di tahun 2009. Termasuk Sri Mulyani yang menjabat sebagai menteri
saat itu. Perdana Menteri Australia Tony Abbot membela dengan mengatakan bahwa
aktivitas yang dilakukan tersebut bukanlah mata-mata melainkan akan digunakan
untuk “penelitian” dan ia bermaksud hanya akan menggunakan setiap bentuk
informasi untuk hal baik.
Pada tanggal 5 Mei 2010, Sri Mulyani
ditunjuk menjadi salah satu dari tiga Direktur Pelaksana Bank
Dunia. Ia menggantikan Juan Jose Daboub,
yang menyelesaikan empat tahun masa jabatannya pada 30 Juni, mengatur dan
bertugas diatas 74 negara di Amerika
Selatan, Karibia, Asia
Timur dan Pasifik, Timur
Tengah dan Afrika
Utara.
Pengunduran dirinya berdampak negatif pada situasi ekonomi di Indonesia
seperti stock exchange yang
menurun sebesar 3,8%. Nilai rupiah turun hampir 1% dibandingkan dollar. Merupakan
penurunan saham Indonesia yang paling tajam dalam 17 bulan. Kejadian ini
disebut sebagai "Indonesia’s
loss, and the World’s gain (Kerugian Indonesia, dan keuntungan
dunia)".
Beredar isu bahwa pengunduran dirinya saat itu disebabkan oleh tekanan
dari pihak lain, terutama dari pengusaha dan ketua Partai
Golongan Karya, Aburizal
Bakrie. Aburizal Bakrie diduga mempunyai ketidaksukaan terhadap Sri
Mulyani akibat penyelidikan oleh Sri Mulyani terhadap penggelapan pajak
dalam jumlah besar pada Bakrie Group, penolakan Sri Mulyani untuk mendukung
kepentingan Bakrie terkait batu bara dengan menggunakan dana negara, dan
penolakan Sri Mulyani untuk menyatakan bahwa semburan lumpur Sidoarjo, yang
secara luas dipercaya disebabkan dari pengeboran oleh perusahaan Bakrie, adalah
bencana alam.
Pada 20 Mei, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan penggatinya
yaitu Agus Martowardojo, CEO dari Bank
Mandiri.
Di tahun 2014, ia disebut oleh majalah Forbes sebagai wanita paling berpengaruh di dunia urutan
ke-38.
Pada 27 Juli 2016, Sri Mulyani
dipulangkan oleh Presiden Joko
Widodo untuk kembali menjadi Menteri Keuangan. Kembalinya Sri
Mulyani merupakan kejutan bagi banyak pihak dan dianggap sebagai salah satu
langkah terbaik yang pernah diambil oleh Joko Widodo selama dia menjabat. Belum
setahun menjabat, Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Keuangan Terbaik se-Asia 2017 oleh majalah Finance Asia yang berkedudukan
di Hong Kong. Pemberian penghargaan tersebut dinilai karena keberhasilannya
mengurangi target defisit fiskal dari yang dikhawatirkan menembus angka 3
persen menjadi 2,5 persen dari PDB. Ia juga dianggap mampu memperbaiki sistem
perpajakan Indonesia lewat program pengampunan
pajak (tax amnesty)
yang mana realisasi pembayaran tebusannya jauh melebihi proyeksi Bank
Indonesia.
Di era Sri Mulyani, Pemerintah Pusat untuk pertama kalinya dalam sejarah
memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP)
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
Tahun Anggaran 2016 dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sri
Mulyani juga menjadi sorotan dengan berhasil menagihkan pajak perusahaan
raksasa Google dan Facebook. Pada
tanggal 11 Februari 2018 dalam acara World Government Summit di
Uni Arab Emirates, Sri Mulyani dinobatkan sebagai Menteri Terbaik di Dunia
(Best Minister Award). Penghargaan diserahkan oleh Sheikh Mohammed bin Rashid
yang merupakan Wakil Presiden UAE, Perdana Menteri dan Penguasa Dubai.